March 7, 2011

Favorite cheese... (Bab 1)

1
Are memeriksa sekali lagi perlengkapan sekolahnya pagi ini. Topi koran, kuncir tiga, kalung jengkol, kaus kaki hitam putih, dan tidak ketinggalan tas karung. Setelah yakin semuanya telah lengkap, Are memasuki gerbang sekolahnya penuh semangat.  Hari ini adalah, hari pertama Are bersekolah di sekolah barunya SMA Tunas Bangsa. Hampir terlambat, jam besar yang tergantung kokoh di atas pintu gerbang SMA Tunas Bangsa telah menunjukkan waktu 06.55, tadi malam Are tidur sangat larut karena membantu ibu membuat kue.
            Ketika Are melangkah memasuki gerbang, Are telah disambut oleh sekelompok siswa bercocard biru bertuliskan PSB. Are menghembuskan nafas berat, semangatnya menurun. Are malas berurusan dengan mereka. Tapi Are tak bisa menghindar, untung Are tidak sendiri. Ada 6 orang yang sudah terlebih dahulu berdiri disana.
            Saat ini, ada 3 orang laki-laki dan 1 orang perempuan yang berdiri di depan barisan. Are tidak berkonsentrasi dengan itu, sekarang Are sedang sibuk dengan matahari yang tidak bersahabat dengannya. Hari baru menunjukkan pukul 07.00 tapi matahari sudah tinggi. Are benar-benar tidak berkonsentrasi dengan apa yang dibicarakan seniornya, dia tidak peduli. Are semakin menundukkan kepala dalam-dalam, matahari mulai menyinari daerah wajahnya. Are mencoba berlindung dengan cowok bertubuh besar didepannya. Dia maju pelahan, kini ia merasa telah terlindungi.
            Entah sudah berapa lama senior didepannya berbicara, tapi Are sudah tidak peduli lagi. Dia masih tetap sibuk dengan perlindungan dirinya dari panas. Bukan apa-apa, Are hanya merasa protocol keterlambatan itu tidak penting, jadi dia tetap asik menuduk. Sampai akhirnya Are mendengar teriakan senior untuk mengambil sampah dedaunan yang berjatuhan di sekitar area sekolah. Are mengeluarkan kantong plastik dari tas karungnya.
            Are berjalan ke daerah bawah pohon, disana banyak daun berjatuhan. Ketika Are sedang mengambil daun-daun yang berjatuhan, terdengar seseorang memanggil.
            “Sssttt… ssstttt…. kamu yang berkuncir tiga” seseorang berbisik.
Are yang mendengar panggilan itu menoleh mencari asal suara, walaupun Are tidak mengetahui siapa sebenarnya yang dimaksud dengan sebutan kuncir tiga. Karena, hampir semua anak baru kelas X -yang memakai rok- berkuncir tiga.
“Aku ???” Are menunjuk dirinya.
Are telah melihat sosok orang yang berbisik. Cowok itu sama seperti Are, di juga memakai atribut yang sama dengan yang Are pakai. Ya, dia juga anak baru. Hanya bedanya di tidak Berkuncir Tiga.
“Iya, kamu yang berkuncir tiga” lagi-lagi dia menyebut kuncir tiga.
“Ada banyak perempuan yang berkucir tiga disini” Are menegaskan.
“Yaa, pokoknya kamu dehhh. Apakah kamu mempunyai kantong plastik lagi ?” Tanya pria itu.
Are merogoh tas karungnya, seingatnya dia tadi membawa dua kantong plastik. Are mengobrak-abrik tasnya, dimana dia letakkan plastik itu. Kini di tanah, telah mendarat buku, kotak pensil, dompet, dan kertas-kertas kecil. Cowok didepannya sampai terkejut.
“Kalau nggak ada, ya udah”. Are masih tetap sibuk mencari.
“Tadi aku bawa dua kok, bentar-bentar aku ingat-ingat dulu” Are mengingat-ingat. Bibir bawahnya digigit pelan, tanda Are sedang berfikir. Kini dia mengambil kotak pensilnya, dia ingat plastiknya dia letakkan didalam kotak pensil, Are mengeluarkan kantong plastiknya dan memberikannya kepada cowok tersebut.
“Ok, thanks ya ”
Belum sempat Are menjawab, dari jauh Are telah mendengar teriakan.
“Heh, kalian berdua ? Ambil sampahnya ! JANGAN NGOBROL !” Teriak salah satu senior. “Kalian berdua, ke tiang bendera SEKARANG !!!” Teriak senior lainnya.
Addduuhhhhh….. Are pasrah

***

Siang ini matahari cukup terik, seharusnya Are berada dikelas saat ini. Tetapi, karena eksiden pagi tadi, alhasil Are sedang dihukum berdiri menghadap bendera. Untung Are tidak sendirian.
“Hai kamu, terimakasih ya kantong plastiknya.” Ujar cowok yang berdiri disampingnya.
“Yaaaa, kalau tidak karena kantong plastik itu, kita tidak disini sekarang.” Jawab Are sekenanya sambil membuang pandangan kesal.
“Hahaha…” cowok itu tertawa.
“Kenapa tertawa ?”
“Hahaha… Kamu marah ?” Tanya pria itu. Pertanyaan bodoh apa itu ? pikir Are dalam hati sambil mengusap keringat di dahinya.
“Tidak, aku hanya kesal membayangkan seharusnya aku sekarang berada di kelas yang dingin dan menikmati hari pertamaku bersekolah, bukan berjemur di terik matahari pagi yang tidak bersahabat ini.” Lagi-lagi Are berkata dengan kesal.
“Ya, aku tau. Aku minta maaf.” Kata cowok itu tulus sambil menatap Are sejenak. “Tetapi aku senang dihukum bersama gadis cantik sepertimu”
Gombal! pikir Are. Are tau kata-kata itu hanya untuk menyenangkan hati Are. Tetapi, Are tidak bisa berbohong, kalau kata-kata itu telah membuatnya tersipu malu.
“Apa ??” Wajah Are bersemu merah.
“Oh ya,kita belum berkenalan.  Aku Ega, Aditya Ortega Abimanyu Kamu ?” Tanya pria itu sambil mengulurkan tangannya.
“Aku Arelia, tapi panggil aja aku Are.” Arepun membalas uluran tangan Ega.
“Sepertinya aku pernah mendengar nama itu ??” Wajah Ega berubah serius, mengingat sesuatu.
“Oh ya, kita pernah bertemu sebelumnya ??” Are antusias sambil mengingat-ingat. Benarkah mereka pernah bertemu sebelumnya.
“Aku tau, bukannya itu nama satuan dalam matematika ?? hahaha “ kata Ega, sambil tertawa terbahak.
Appaaa ????? Ditatapnya wajah Ega dengan kesal. Are tau, maksud Ega hanya bercanda. Tetapi dengan apa yang telah dialami Are pagi ini, membuat selera humornya menghilang. Are merasa kesal telah dipermainkan oleh Ega. Tapi bagaimana juga Ega adalah teman baru pertama Are yang dia kenal disekolah itu.
Ya, walaupun ini adalah perkenalan yang buruk, tapi ini adalah perkenalan yang tidak akan di lupakan oleh Are. Ya bagaimana bisa dilupakan, dengan peristiwa berjemur di depan tiang bendera di hari pertama sekolah.
Are telah mendapatkan teman baru. Teman, yang kalau dilihat-lihat tidak terlalu buruk. Dari segi penampilan, Ega adalah orang yang ganteng,dengan badan tinggi sekitar 175. Dan Are yakin Ega akan menjadi sosok idola baru disekolah ini. Walaupun Are belum terlalu kenal dengan Ega, selain sifat menyebalkannya itu. Ega adalah orang yang baik dan supel. Sepertinya! Dan dari barang-barang yang dipakai, Ega pastilah anak orang kaya.
Berbeda dengan Are. Bapaknya hanyalah seorang Tukang Pos. Ia setiap hari mengantarkan surat-surat kerumah-rumah dengan motor bututnya. Motor yang lebih banyak mogoknya dari pada benernya. Selain itu, bapaknya juga memiliki kerja sambilan, mengantar koran setiap pagi. Sebelum dia berangkat ke kantor pos, bapak pagi-pagi sekali sudah pergi untuk mengantar koran.
Ibu Are adalah penjual kue-kue di pasar tradisional. Sehabis subuh, ibu sudah harus berangkat pagi-pagi kepasar untuk menjual dagangannya. Uang dari penghasilan menjual kue, hasilnya lumayan untuk membeli keperluan dapur. Walaupun kehidupan keluarga Are tidak mewah, Are bersyukur selalu berkecukupan.
Oh ya, Are memiliki 2 orang adik laki-laki yang masih duduk di kelas 1 SD. Mereka Kembar!. Dia senang memiliki adik kembar, walaupun mereka bandelnya minta ampun, tetapi Are sangat menyayangi mereka. Hari ini, mereka juga belajar di sekolah baru, sama seperti Are. Are membayangkan, apa yang sedang dilakukan kedua adik kembarnya. Semoga saja, gurunya tidak kerepotan mengurus kedua adik kembarnya.
Karena asik-asiknya melamun, Are sampai tidak mendengar panggilan dari seorang. Sampai akhirnya Ega harus menarik tangannya. Are yang terkejut berontak ke Ega.
“E..e…e… apa-apaan ini ?? lepasin!! Ega, lepasin!! Kenapa sih tangan aku ditarik-tarik?? Perintah Are meronta.
“Kalau nggak ditarik, kamu nggak akan sadar kalau kita dipanggil sama kepsek” Are tersadar. Ternyata itu Kepala Sekolahku, Pak Teguh. Are buru-buru menghampirinya, setelah Ega melepaskan tangannya.
“Kalian kelas X apa ? are menatap penampilan kepseknya tersebut. Dengan mengenakan baju safari abu-abu dan perut sedikit membuncit tak lupa kepala botak licin. Itu semua melengkapi penampilan rata-rata unuk seorang Kepala Sekolah.
“Saya kelas X-2 Pak.” Jawab Are sopan
“ Saya kelas X-9 Pak.” Ega pun ikut menjawab.
“Ya sudah, sekarang kalian kembali ke kelas!” Perintah Pak Teguh.
“Hukumannya udah selesai pak? “ Tanya Ega.
“Kenapa ? kamu masih ingin lama-lama disini ? Pak Teguh pun ikut bertanya.
“Ah.. Bapak bisa aja. Ya nggaklah Pak. Saya kan ingin menjadi murid yang rajin dan berbakti kepada guru-guru saya Pak.” Ega jelas mencari muka di depan kepala sekolah.
“Itu bagus, memang seharusnya begitu. Sana, masuk kelas kalian !” perintah Pak Teguh sekali lagi.
“Jadi kita kembali ke kelas ni Pak ? Bapak nggak sedang bercandakan” Ega bertanya dengan bodoh. Untung saja Are sedang berdiri berada didepan kepsek, kalau tidak Are sudah ingin menjitak Ega dari tadi.
Pak Teguh sepertinya sudah tidak sabar.” Kalian mau kembali ke kelas atau saya tambah hukuman kalian!” kata Pak Teguh sedikit berteriak.
Are dan Ega yang mendengarnya langsung berlari. ”Iiiyyaaa Pak” jawab Are dan Ega berbarengan. Are dan Ega berlari menuju kelas mereka masing-masing. Are telah berpisah jalan dengan Ega. Kelas Ega berada di depan, sedangkan kelas Are agak jauh kebelakang. Are berlari melewati lorong yang panjang, dia semakin mempercepat larinya karena bel jam pelajaran ke 3 telah berbunyi 10 menit yang lalu. Tetapi, ketika Are berbelok di ujung lorong.
Duuubbrraakk… Aaauuuu…

No comments:

Post a Comment